media informasi yang menyajikan kegiatan pendampingan Program Keluarga Harapan di Kabupaten Madiun, meliputi Kecamatan Dolopo,Jiwan,Balerejo,Wungu,Mejayan, Pilangkenceng,Saradan,Wonoasri,Kare, Gemarang, Dagangan, Sawahan, Madiun, Geger dan Kebonsari. Serta peran semua pihak termasuk pemerintah daerah dalam mendukung suksesnya PKH di Kabupeten Madiun.
Tamu Kita
Senin, 16 Agustus 2010
Jumat, 13 Agustus 2010
Selasa, 03 Agustus 2010
Arti dan Makna
Warna yang dipakai adalah Putih, Biru, Hijau
Warna dasar :
Putih,
Artinya : bersih, rapi dan tertata
Gambar dua Tangan
Hijau,
Artinya : sesuatu yang alami, apa adanya
Biru,
Artinya : ketenangan dan kepercayaan.
Arti dan Makna Logo :
“Dengan hati bersih dan penuh percaya diri, Pendamping Program Keluarga Harapan berdampingan untuk menggali potensi yang ada, demi tercapainya keberhasilan Program dalam mengentaskan kemiskinan”
Minggu, 01 Agustus 2010
Hidup Pendamping....!!!
Selama ini saya merasa salut dan bangga kepada rekan-rekan pendamping PKH Kabupaten Madiun, karena yang dapat saya lihat dan saya rasakan sebagian besar selain bekerj mendampingi para RTSM (peserta PKH) mereka juga melaksanakan tugas-tugas sosialnya untuk berusaha melakukan perubahan-perubahan pemikiran terhadap peserta PKH sedikit demi sedikit. Karena mereka mempunyai kebiasaan yaitu tidak dapat menampilkan peranan (hak dan kewajibannya) sesuai dengan status sosialnya, dikarenakan keterbatasannya. Sebagai seorang pendamping haruslah semampu mungkin walaupun sedikit demi sedikit kita harus mengubah pemikiran mereka. Agar kelak di kemudian hari setelah keluar dari anggota PKH mereka mampu untuk hidup mandiri dan mampu memecahkan masalah serta tidak bergantung lagi pade pemerintah.
Memang pekerjaan sosial itu tidak mudah, itupun yang selama ini saya rasakan. Karena pekerjaan sosial itu harus dimulai dari diri kita sendiri. Bagaimana mau mengubah pola pikir peserta PKH jika kita sendiri tidak melakukan fungsi sosial kita dengan baik, tapi yang saya lihat teman-teman pendamping semua sudah berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan tugasnya dengan sebaik mungkin. Walaupun kita sudah berusaha tapi pemikiran peserta PKH tidak berubah juga, toh kita sudah berusaha dengan semaksimal mungkin. Karena pada hakekatnya pekerja sosial itu pokoknya semua pekerjaan yang dapat bertujuan untuk kebaikan dengan menggunakan cara-cara ynag baik pula untuk mencapai tujuan tersebut dan dalam kondisi kehidupan yang baik pula. Untuk itu, tetap semangat para pendamping PKH untuk menjadi pekerja sosial. Karena selain dipandang baik oleh masyarakat kita juga akan mendapatkan ridho dari Allah AWT (bukan Ridho Rhoma) amiiin.
HIDUP PENDAMPING!!!
BERANTAS KEMISKINAN!!! (Bisa, Harus Bisa, Pasti Bisa)
PKH!!! (Yes, Yes, Yesss)
Ditulis Oleh :
Yuli Ermawati,
Pendamping UPPKH Kecamatan Balerejo
Membidani Lahirnya Asosiasi Pendamping PKH Jatim,
Berawal dari Rakor PKH Jatim di Islamic Center Surabaya pada tanggal 12 Desember 2007, Asosiasi sudah menjadi wacana di tahun pertama pelaksanaan PKH pada waktu itu. Berlanjut dengan Rakornas PKH di Jakarta International Expo tanggal 21-24 Maret 2009, Asosiasi juga telah menjadi agenda penting dalam pembahasan. Hasilnya adalah disepakati perlu adanya Asosiasi Pekerja Sosial Pendamping dan Operator PKH secara nasional.
Seiring dengan berjalannya waktu dan dinamika yang mewarnai pelaksaaan PKH di Tingkat Kabupaten
Keberadaan Asosiasi/Paguyuban ditingkat Kab./Kota pada kurun waktu tersebut dibentuk sebagai tindak lanjut dari hasil Rakornas karena pada kenyataannya tindak lanjut lahirnya Asosiasi yang berskala nasional tidak pernah ada.
Dilatar belakangi oleh : Dinamika potensi konflik dan problem solving pendampingan PKH selama ini Pendamping membutuhkan sarana untuk saling bertukar pengalaman, berbagi ide dan gagasan. Disampinbg itu Pendamping juga membutuhkan sarana untuk berkumpul dalam rangka meningkatkan potensi, kapasitas dan aktualisasi diri.
Menjawab tantangan dan dinamika PKH sampai dengan akhir tahun 2009, beberapa orang pemdamping PKH dari kab./kota di Jawa Timur wilayah Barat berinisiatif untuk berkumpul dalam rangka menggagas lahirnya Asosiasi/Paguyuban PKH tingkat Provinsi Jawa Timur, namun sayang beberapa kali rencana tersebut gagal terlaksana karena terkait tempat dan waktu yang belum memungkinkan untuk dapat dilaksanakan.
Akhirnya, berbekal kesamaan tekad, ide, gagasan dan semangat para pendamping PKH. Kami : Pendamping PKH Kab. Madiun, menggagas secara serius dan merencanakan semaksimal mungkin untuk dapat terlaksananya pertemuan awal dalam rangka membidani lahirnya Asosiasi Pendamping PKH Jawa Timur.
Pertemuan awal ini terlah terselenggara pada tanggal 7 Juli 2010 bertempat di Gedung Pebabri Kec. Mejayan JL. Citarum No.2 Caruban Madiun. Dari 11 Kabupaten Kota yang dikonfirmasi kehadirannya oleh panitia lokal hanya Kabupaten Tuban dan Lamongan yang berhalangan hadir. Selebihnya 29 Orang wakil dari 9 Kab./Kota dapat hadir (Ngawi, Bojonegoro, Kediri, Jombang, Tulungagung, Mojokerto, Sidoarjo, Ponorogo dan Madiun).
Panitia lokal semuanya berasal dari pendamping PKH Kab. Madiun berjumlah 32 dan 1 orang Operator PKH selaku tuan rumah. Sedangkan delegasi dari Kab/Kota lain berjumlah 23 Orang. Jadi secara keseluruhan acara pertemuan awal dalam rangka membidani lahirnya Asosiasi Pendamping PKH Jawa Timur tsb dihadiri oleh 56 orang peserta.
Acara berlangsung dengan padat dan efektif mulai dari Jam 10.30 WIB sampai dengan 14.30 WIB dengan agenda sbb:
1. Pembukaan oleh Drs. DJoko Santoso.
2. Pembahasan Draft Forom Komunikasi Pendamping PKH Jatim oleh Agustin Hariyani, S.Hut.
3. Pembentukan Panitia Konsorsium 9 Kab. Kota
4. Penyampaian Rencana FKPPKH Jatim # Time Schedule (waktu, tempat dan target pencapaian)
5. PR merumuskan Rekomendasi Internal, Eksternal dan RTL Di masing-masing Kabupaten/Kota
6. Penutup.
Alhamdulillah secara umum acara berjalan dengan lancar dan memperoleh beberapa kesepakatan seperti yang diinginkan. Hasil dari acara ini telah disampaikan kepada 9 Kab/kota melalui e-mail kepada panitia konsorsium selalu contact person tiap Kab/Kota dan juga melalui e-mail internal di Sekretariat UPPKH di 21 Kab./Kota di Jatim
Hasil dari acara ini akan dibawa sebagai bekal untuk pertemuan lanjutan yang semoga dapat menghadirkan wakil dari 21 Kab/Kota di Dinsos Propinsi Jatim. Dan Insyaallah muara dari pertemuan-pertemuan ini adalah akan diselenggarakannya FORUM KOMUNIKASI PENDAMPING PKH JAWA TIMUR di Madiun.
Tanpa adanya kesamaaan Visi, Ide dan gagasan, semangat dan tekad yang positif mustahil Asosiasi Pendamping PKH Jatim akan terlahir. Kami tidak ingin dengan keterbatasan yang ada, grusa-grusu dan tanpa perencanaan yang matang hanya akan melahirkan ‘bayi’ Asosiasi yang premature, cacat dan mengalami gangguan perkembangan.
Ayo ............kita singsingkan lengan baju, memeras pikiran dan energi positif demi masa depan Pendamping yang lebih baik !
Ditulis Oleh :
Agustin Hariyani,
Ketua APPKH Madiun
Nikmatnya Jadi Pendamping
Dalam tugas kali pertama sebagai pendamping baru Program Keluarga Harapan (PKH) tidak bisa di bayangkan betapa berat,susah,lelah,dan pahit getir nya yang terkadang masih terasa dalam hati di tambah lagi cercaan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab dari pembicaraan yang pernah di lontarkan kepada saya, saya menyadari, bahwa saya manusia biasa yang tak luput dari salah dan kekurangan serta kemampuan. Bagi saya, menjadi seorang Pendamping PKH Kecamatan Saradan merupakan tugas berat dan tantangan untuk menata kembali peserta PKH. Data yang masih amburadul banyak salah dan tidak falid, serta melakukan koordinasi dengan instansi-instansi terkait yang menjadi mitra kerja pendamping, serta mensosialisasikan apa itu PKH, harus dijalankan dengan ikhlas.
Semua itu dikarenakan apa?
Selama 3 tahun, 2007 PKH berdiri sampai 2009 wilayah saya hampir tidak pernah terjamah oleh petugas pendamping lama, sehingga banyak data yang salah dan tidak falid, instasi-instasi terkait tidak mengetahui PKH entah itu fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan dan instansi kelurahan desa, apa lagi peserta PKH? mereka menjadi peserta PKH tidak pernah di kunjungi apa lagi pertemuan kelompok, mereka tahu cuma di waktu pencairan bantuan ambil di kantor pos. Mereka yang menjadi peserta PKH merasa di terlantarkan! Semua kejadian yang saya tulis berdasarkan fakta di lapangan dan keterangan dari RTSM (Peserta PKH), dan semua membawa dampak yang seharunya tidak saya inginkan, ini imbasnya sebagai petugas pendamping baru yang sekarang memegang wilayah tersebut. Istilah jawa-nya, ”ora mangan nongkone jibrat pulute”.
Alhamdulillah dengan rasa syukur dan ihklas, saya selama ini walaupun masih di katakan pendamping baru dan keterbatasan kemampuan mengenai PKH banyak pendamping senior yang ihklas membantu, untuk melakukan atau meluruskan, perbaikan-perbaikan data walaupun itu masih data berjalan masih banyak kekeliruan di karenakan hal tersebut di atas. Syukur Alhamdulillah selama ini suasana di lapangan wilayah dampingan saya sudah bisa di kondisikan, dengan pihak pemerintahan desa, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan dan peserta PKH sendiri. Semua itu sudah menjadi tanggung jawab saya sebagai pendamping baru untuk meluruskan bedasarkan aturan PKH yang ada, semua saya syukuri,mudah-mudahan pasti membawa hikmah tersendiri bagi saya khususnya dan bagi pendamping senior umumnya.
Ya Allah kulo nyuwun…
Njenengan paringi slamet, pitulung ingkang bener…
Sedoyo pendamping PKH lancar rejeki, halal, katah, barokah…
Amin ya robal alamin....
Ditulis Oleh :
Hernanto Hari Cahyono,
Pendamping UPPKH Kecamatan Saradan
Desa Dampingan : Desa Tulung dan Desa Bener
PERSIAPAN
UPPKH Kabupaten Madiun
Pada tanggal 18 juni 2010, mendapat email dari UPPKH Pusat mengenai hasil rata-rata verifikasi sementara tahapII Tahun 2010, Operator UPPKH Pusat sudah melakukan entri data verifikasi pendidikan dan kesehatan 92 % dan hasil rata-rata verifikasi semntara tahap II Tahun 2010 per tanggal 24 Juni 2010 sudah mencapai 95,09 % dan hasil verifikasi update terakhir pada tanggal 29 Juni 2010 mencapai hasil 95,89 %.
Sehubungan dengan kegiatan verifikasi dan pemutakhiran di Kabupaten/Kota peserta PKH, untuk persiapan pembayaran tahap II tahun 2010 disampaikan hal-hal sebagai berikut :
1. Bagi UPPKH Kabupaten/Kota yang berhasil melaksanakan verifikasi di atas 80 % maka mekanisme pemotongan menggunakan Pedoman Umum (Pedum) karena juga dari hasil entri verifikasi pendidikan dan kesehatan UPPKH Madiun mencapai lebih dari 80 % sehingga untuk dasar pembayaran tahap II tahun 2010 menggunakan pedum.
Berikut ini perhitungan pemotongan pembayaran peserta PKH yang tidak memenuhi komitmen dengan menggunakan pedum, yaitu :
a. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam 1 bulan, maka bantuan akan berkurang sebesar Rp. 50.000,-
b. 2 bulan, akan berkurang sebesar Rp. 100.000,-
c. 3 bulan, akan berkurang sebesar Rp. 150.000,-
d. Dan tidak memenuhi komitmen selama 3 bulan berturut-turut, tidak akan menerima bantuan dalam satu periode pembayaran.
2. Dan jika verifikasi di bawah 80 % maka mekanisme pemotongan akan menggunakan mekanisme tahap I tahun 2010.
Skema pemotongan yang diberlakukan pada tahap I tahun 2010 adalah sebagai berikut :
a. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam 1 bulan, akan siberi surat teguran
b. 2 bulan, akan diberikan peringatan keras
c. 3 bulan, akan berkurang sebesar Rp. 50.000,-
Operator UPPKH Kabupaten Madiun
OMAH PINTER (baca : Rumah Pintar)
Bagi kebanyakan warga Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) kemiskinan bukan saja bermakna miskin harta, akan tetapi juga dapat berarti miskin pengetahuan. Karenanya tidak jarang kebutuhan masalah pendidikan untuk anak seringkali dianggap sesuatu yang kurang penting atau bukan menjadi prioritas utama. Fokus kehidupan mereka berkutat pada persoalan pada upaya bagaimana pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dapat tercukupi.
Itulah sebabnya masalah pendidikan anak sebagai generasi penerus bisa menjadi faktor kebutuhan yang nomor buncit, yang pasti bukan sesuatu yang teramat mendesak dan suatu keharusan. Jargon “banyak anak banyak rejeki, mangan ora mangan waton kumpul, nrimo ing pandum“, masih berkembang subur di masyarakat pedesaan yang berbau agraris tradisonal. Kesemuanya itu merupakan bentuk fatalisme dan ketidak berdayaan mereka dalam mengarungi kehidupan.
Kebanyakan dari mereka lebih senang apabila seluruh anggota keluarga secara bersama-sama saling bahu membahu mencari nafkah sesuai kemampuan dan usianya, ketimbang membuang sebagian waktu untuk belajar dan bersekolah menuntut ilmu. Pola ekonomi mereka kemas dengan majemen dari tangan ke mulut, artinya berapapun hasil yang mereka dapatkan habis untuk memenuhi kebutuhan isi perut keluarga hari itu juga. Nyaris tidak ada saving untuk antisipasi kebutuhan yang bersifat mendesak. Inilah salah satu factor penyebab mengapa proses kemiskinan berlangsung dari generasi ke generasi seolah tidak pernah menemui titik perhentian. Ketidak mampuan mereka meraih peluang kesempatan kerja di sector formal, akibat terbatasnya pendidikan dan ketrampilan (life skill) yang dimiliki, menjadikan kebanyakan dari mereka berserah diri pada nasib. Bahwa nasib yang menjadikan mereka tetap miskin, dan karena factor keturunan kaum soro mereka miskin, merupakan bahasa klise yang masih mengakar kuat dikalangan masyarakat miskin. Jangankan bercita-cita menjadi orang kaya, mimpipun barangkali tidak pernah. Nasib, sekali lagi nasib yang pantas mereka salahkan. Dengan menyalahkan nasib, mereka tidak menanggung resiko sosial bersinggungan dengan nilai dan norma sosial yang berlaku.
Program Keluarga Harapan (PKH) yang sudah berlangsung sejak tahun 2007 , merupakan sebuah program yang dirancang secara khusus sebagai pilot project gerakan terpadu pengentasan kemiskinan (Gerdutaskin) dengan tujuan memutus mata rantai kemiskinan. Berbeda dengan program taskin yang lainnya, PKH mengambil peran pada segment calon generasi penerus yakni anak-anak mulai dari usia balita, sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah pertama (SMP) dan bahkan ibu hamil juga menjadi sasaran pelaksanaan program. Dengan memberi bantuan pada ibu hamil dan balita, diharapkan akan ada perbaikan gizi pada si anak nantinya. Dan dengan demikian pula diharapkan kelak mampu meningkatkan baik kesehatan ibu dan anak maupun kecerdasan si jabang bayi. Pendek kata calon bibit unggul diharapkan dapat lahir dari adanya bantuan tersebut, Sementara dengan bantuan biaya pendidikan untuk anak usia sekolah dasar dan menengah pertama, diharapkan minimal memperoleh bekal pengetahuan pendidikan dasar 9 tahun. Lalu bagaimana selanjutnya setelah bantuan PKH diputus ketika anak lupus SMP ?
Yang menjadi pertanyaan adalah : “Apakah dengan memberi bantuan biaya pendidikan kepada anak didik peserta PKH, akan secara otomatis meningkatkan prestasi mereka di sekolah“. Nampaknya korelasi positif antara bantuan biaya pendidikan dengan peningkatan prestasi belajar siswa masih perlu adanya sebuah pembuktian melalui kajian ilmiah secara khusus. Diakui atau tidak banyak factor yang dapat mempengaruhi prestasi anak di sekolah. Diantaranya adalah masalah pengawasan dan kepedulian orang tua, kesempatan belajar di rumah (ketersediaan waktu relajar), pendamping/pembimbing belajar, kelengkapan sarana penunjang belajar (buku , alat peraga edukatif, LKS, dll).
Bahwa kemiskinan dekat dengan ketidak berdayaan (powerlesnes), kepasrahan (fatalistik), kehampaan makna (meaninglesnes) dalam menghadapi kenyataan hidup, adalah sebuah realitas sosial yang kesemuanya menjadi factor pendorong terjadinya proses stagnasi prestasi belajar anak. Berangkat dari kenyataan tersebut, perlu adanya sebuah terobosan yang bersifat kreatif inovatif guna mendobrak berbagai hambatan yang mungkin menjadi penyebab terjadinya kemandegan prestasi belajar anak khususnya bagi peserta PKH.
Pendirian rumah pintar yang dikompilasikan dengan memberi semacam kursus bimbingan belajar (les privat) kepada anak peserta PKH merupakan sebuah ide gagasan yang nampaknya dapat menerobos barikade hambatan dimaksud. Dengan adanya tambahan waktu belajar di luar jam sekolah dengan dipandu tutor yang berpengalaman, setidaknya akan membantu meningkatkan pemahaman anak terhadap berbagai mata pelajaran di sekolah, serta mingkatkan pengetahuan mereka. Kesemuanya itu diharapkan akan merangsang anak untuk dapat berprestasi disekolah. Bukankah anak-anak dari kalangan the have mampu berprestasi juga dikarenakan berbagai les privat yang disediakan oleh orang tua mereka. Prestasi bukanlah hak milik prerogratif anak-anak dari kalangan berduit. Seperti kata bijak Lao Tze : “ Jadikan keterbatasan sebagai peluang meraih prestasi “. Kemiskinan adalah sebuah kebetulan, mata rantai kemiskinan dapat diputus dengan mejadikan anak-anak kaum papa berprestasi sejajar dengan kalangan menengah atas. Dengan prestasi yang diraih anak, semoga akan merangsang orang tua untuk mendorong anak-anaknya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan bekal pendidikan formal dan pengetahuan yang cukup, kelak dikemudian hari harapan untuk merubah nasib ke arah yang lebih baik akan semakin terbuka lebar. Semoga !!!
Drs. Djoko Santoso, Pendamping UPPKH Kecamatan Saradan