“ Bila ada saudaramu yang sakit segeralah untuk menjenguknya….”, adalah kata-kata yang selalu mengiang pada saat ada kabar salah satu keluarga jatuh sakit. Pendamping PKH adalah juga seorang manusia dan bisa berempati pada saat ada keluarga miskin di wilayah dampingan yang sakit.
Mencoba membantu RTSM untuk mendapatkan hak nya pada saat mereka sakit baik rawat jalan atau rawat inap. Dengan adanya Program Keluarga Harapan (PKH) banyak keluarga-keluarga miskin yang tidak masuk Jamkesmas bisa mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis.
Di bawah ini adalah ungkapan salah satu peserta PKH
yang merasa telah terbantu dengan adanya program keluarga harapan.
"..."
Saya Imam A. Ruba'i rumah kami di dusun petung desa Pajaran Kecamatan Saradan Kabupaten madiun . Sehari-hari saya berjualan sosis untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Untuk mendapatkan laba Rp. 30.000,-saya harus berjualan sosis hampir sehari penuh. Pada hari minggu seperti biasa saya dan istri berjualan di kali bening disana kami selain jual sosis biasanya saya membawa permainan untuk anak-anak memancing di kolam-kolaman. Dari hasil itu kami bias membeli beras agak lebih untuk mencukupi kebutuhan kami.
Pada hari Senin tanggal 26 Januari 2011, kami sekeluarga mendapat teguran dari yang di atas untuk senantiasa sabar. Buah cinta kami Tania Masna Wulansari sakit dan harus opname di UGD Puskesmas Kecamatan Saradan.
Dengan pasrah kubawa Tania ke Puskesmas Saradan, setelah diperiksa pagi itu mendadak Bidan bertanya, “ Bapak punya Jamkesmas ? “. Saya bingung, karena kami pikir kami tidak punya Jamkesmas.
Saya ingat, lalu saya berkata, “ Bu, kami Cuma punya kartu PKH “ ucap saya ragu, lalu Bidan tadi berkata, “ Kartu PKH di foto copi rangkap 10, KTP 10 dan KK 10, nanti dicoba diajukan pada Pak Dokter “ katanya.
Seribu pertanyaan mendera batin kami, kami sekeluarga berharap kartu PKH itu bisa menolong / dipakai.
Setelah di opname satu hari saya bingung mau mencari pinjaman kemana juga tidak tahu. Kami takut kalau kartu PKH tersebut tidak bisa terpakai, kami sekeluarga harus pakai apa? Sedangkan untuk biaya makan saja kadang kami kurang dan pinjam di warung apalagi biaya untuk pengobatan anak kami.
Pelayanan yang kami anggap baik dari pegawai UGD semakin membuat kami bingung dalam hati kami berpikir, “ bisa habis berapa ini nanti, padahal kami benar-benar tidak punya uang”.
Pada hari ke tiga tepatnya hari Jum'at, saya memberanikan diri menarik Tania dan akan kami bawa pulang. Ternyata Pak Dokter bilang, jangan pulang dulu ini belum sembuh. Saya kaget padahal besok hari sabtu dan minggu, berarti nanti baru hari senin Tania pulang. Saya menjadi semakin bingung, bisa habis banyak ini nanti.
Dengan kunjungan Bp.Anang dan Ibu Agustin kami sekeluarga merasa masih punya harapan. Saya bertekad sore itu saya mendapat dorongan moril untuk bangkit dari Bp dan Ibu Pendamping PKH kami.
Alhamdulillah… malam itu saya bisa bertemu Pak Dokter yang juga Kepala Puskesmas Kecamatan Saradan, saya bertanya, “ apa besok bisa membawa Tania pulang?”. “ boleh..” kata Pak Dokter dengan santun.
Pagi itu hari sabtu infuse di tangan Tania dilepas, saya bergegas ke kantor bidan dan bertanya,” Bu, apa sudah boleh pulang? Dan berapa biaya nya? “ tanyaku. ”Sudah boleh pulang Pak, dan tidak usah bayar”, kata bidan itu.
Kami sekeluarga bersyukur kepada Allah SWT dan kami berterima kasih kepada pak Dokter selaku Kepala Puskesmas Saradan. Terima kasih pula kepada semua Bidan, Dokter dan karyawan Puskesmas atas pelayanan yang sangat baik, kami tidak bisa membalas kebaikan bapak ibu bidan untuk semuanya.
Dan terima kasih kepada Pak Anang dan Ibu Agustin selaku Pendamping PKH, dengan adanya PKH semoga anak-anak kami bisa meraih apa yang mereka cita-citakan. Karena biaya sekolah bukan halangan buat kami sekeluarga untuk membuat anak kami tetap sekolah, semoga kelak menjadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa.
Dari kami sekeluarga
Imam A. Ruba'i
"..."
Ditulis ulang oleh : Anang Effendi , Pendamping PKH Kec. Saradan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar