Selasa, 07 September 2010

Mendampingi RTSM hingga (Menghampiri) Birokrasi

Perjalanan PKH di Kabupaten Madiun memang terbilang sudah bagus (versi saya sendiri), bukannya sok pamer namun kenyataannya di semua lini sudah terkoordinasi dengan baik. Pujian di tingkat nasional (UPPKH Pusat, red) pun sering kita dengar. Pendamping yang menjadi tonggak (prajurit) pelaksanaan program, karena pendamping ada di tengah-tengah masyarakat peserta PKH, berinteraksi langsung oleh pihak fasilitas pendidikan/fasiltas kesehatan, dan berkoordinasi dengan Jajaran Kecamatan/Desa.

Oleh-oleh saya dari Pelatihan di Jogja, PKH Madiun telah melakukan proses pendampingan dan pelaksanaan program dengan baik, yang kemudian jadi contoh model pendampingan teman-teman UPPKH Kabupaten lain..”, cerita Hernanto (Pendamping PKH Gemarang) di sela-sela rapat paguyuban bulan mei 2010.

Terkadang kami (pendamping,red) masih menemui banyak kendala. Buat kami itu adalah suatu proses menuju pendampingan yang baik. Dengan seringnya bertemu dan berdiskusi antar pendamping, operator dan stakeholder (mitra kerja pendamping) permasalahan PKH di lapangan lambat laun bisa terpecahkan. Jadwal kegiatan setiap hari harus tersusun oleh pendamping, agar proses pendampingan bisa lebih optimal, serta evaluasi setiap bulan melalui laporan bulanan pendamping juga kami buat.

Jadwal kegiatan tersebut diantaranya melakukan pertemuan kelompok PKH, yang bertujuan untuk menyaring segala permasalahan pelaksanaan PKH khususnya dari peserta (RTSM) terhadap program ini. Selain itu kami bisa mengetahui keluhan yang dirasakan RTSM sehubungan dengan pelayanan fasilitas pendidikan/kesehatan dan munculnya ide/gagasan dari anggota untuk membangun kebersamaan di kelompok PKH (Pemberdayaan). Yang kedua adalah mengunjungi fasilitas pendidikan dan kesehatan, Kecamatan dan Aparat Desa.

Kegiatan ini dilakukan pendamping, rutin dalam satu bulan agar dapat terpantau kehadiran peserta PKH serta kami bisa mendapatkan aduan, keluhan bahkan harapan dari petugas fasilitas pendidikan dan kesehatan, Kecamatan ataupun Desa demi terwujudnya tujuan PKH dalam memutus rantai kemiskinan di keluarganya.

Dapat kami beri contoh, hasil apa saja yang sudah dilakukan pendamping setelah mengadakan pertemuan kelompok dan koordinasi dengan pihak Kecamatan, Desa dan Fasilitas Pendidikan/Kesehatan di Wilayah Kecamatan Balerejo yang sangat membutuhkan dukungan dari semua pihak, diantaranya :

PEMBERDAYAAN

14 Kelompok, yang sudah melakukan pemberdayaan yaitu :

· Desa Balerejo :

4 Kelompok PKH, dengan kegiatan Simpan Pinjam

1 Kelompok PKH, belum ada kegiatan

· Desa Kebonagung :

3 Kelompok PKH, dengan kegiatan Simpan Pinjam

1 Kelompok PKH, dengan kegiatan Simpan Pinjam dan Ternak Kambing

· Desa Kedungjati :

1 Kelompok PKH, dengan kegiatan Simpan Pinjam dan Produksi Tempe Kripik

4 Kelompok PKH, dengan kegiatan Simpan Pinjam dan Ternak Kambing

Kegiatan pemberdayaan tersebut sudah diketahui oleh semua pihak termasuk pihak Kecamatan, Desa dan masyarakat sekitar, yang ikut memberikan saran/kritik serta mengawasi jalannya PKH.

SIMPAN PINJAM, TERNAK KAMBING dan PRODUKSI KRIPIK TEMPE

Bagi peserta PKH yang belum ada kegiatan pemberdayaan, contoh diatas bisa dihadirkan dalam kelompok. Kuncinya Cuma satu yaitu harus diputuskan secara bersama-sama. Karena, jika tidak berjamaah pasti akan timbul masalah yang pelik di kemudian hari. Meskipun dengan suara yang seragam, tidak menutup kemungkinan tidak akan ada masalah, pasti ada. Namun jika kelompok bisa mengoptimalkan kebersamaan, semua masalah yang terjadi nantinya bisa terselesaikan dengan baik dan akan terbangun rasa kekeluargaan di antara individu peserta PKH.

Simpan Pinjam, Ternak Kambing dan Produksi Kripik Tempe merupakan satu contoh pemberdayaan yang diambil dari potensi lokal di kelompok. Seorang pendamping tidak boleh memaksa suatu kelompok PKH untuk mengadakan kegiatan pemberdayaan. Biarkan kelompok yang menentukan, mana yang sesuai dengan keadaan dan kemampuan peserta PKH.

Hampir seluruh kelompok PKH Desa Balerejo, Kebonagung dan Kedungjati mengadakan kegiatan Simpan Pinjam. Modal yang terkumpul diperoleh dari patungan (mengumpulkan uang secara bersama-sama) yaitu menyisihkan uang bantuan PKH setiap selesai pencairan di Kantor Pos Balerejo. Mereka dengan sukarela atas dasar kesepakatan bersama dalam kelompok PKH. Kemudian di setiap pertemuan kelompok PKH, ada pelaporan keuangan yang disampaikan oleh ketua kelompok. Hal ini perlu dilakukan, agar semua anggota tahu perkembangan dan keuangan yang ada di kelompok.

Ternak Kambing hanya ada di 4 kelompok Desa Kedungjati dan 1 kelompok di Desa Kebonagung. Kegiatan pemberdayaan ini juga sama dengan simpan pinjam, modal yang terkumpul di belikan kambing, yang kemudian dikelola secara bergantian. Dan yang terakhir adalah kegiatan pemberdayaan Produksi Kripik Tempe di 1 kelompok Desa Kedungjati.

KOORDINASI

Ada beberapa contoh kasus tentang terbangunnya koordinasi seputar pelaksanaan pendampingan yang kami lakukan, diantaranya :

· Fasilitas Kesehatan,

RSD Panti Waluyo Caruban, seringkali menerima pasien dari peserta PKH yang belum memiliki kartu Jamkesmas, baru satu semester terakhir ini bisa mengakui keberadaan kartu PKH dapat dipakai sebagai pengganti kartu Jamkesmas.

· Fasilitas Pendidikan,

SMPN 1 Mejayan Caruban, di bebaskannya biaya salah satu peserta didik PKH (Sumber : Slamet Harianto, Pendamping PKH Kecamatan Pilangkenceng). Hal ini tidak lepas dari koordinasi yang terbangun antara pendamping dengan pihak SMPN 1 Mejayan.

· Instansi terkait,

DINAKERTRANS Kabupaten Madiun, sebanyak 45 anak didik peserta PKH yang sudah lulus dari SMP (gugur di PKH, red)ikut dalam Program Pengurangan Pekerja Anak dan mendunkung Program Keluarga Harapan (Program PPA-PKH), dan sebagaian besar dari mereka diterima di Sekolah setara SMU dengan perlakuan khusus (Bebas biaya SPP, Seragam dan mendapatkan beasiswa pendidikan dari Dinas Pendidikan)

Dari beberapa kegiatan dan koordinasi yang dilakukan oleh pendamping PKH Kabupaten Madiun diatas, tidak salah jika UPPKH Kabupaten Madiun menyandang gelar yang bagus di mata UPPKH Pusat. Walaupun masih ditemukan hambatan, masalah dan kendala di lapangan, kami optimis akan sedikit memutus rantai kemiskinan dengan jalan merubah pola pikir peserta PKH, memperbaiki lagi model pendampingan, mempertahankan kinerja yang baik dari pendamping/operator PKH serta selalu berdiskusi dengan dinas terkait di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Madiun.

Mari kita (pendamping, red) dampingi RTSM dan hampiri Birokrasi, agar diperoleh Keberhasilan PKH yang optimal. Janganlah terbelenggu dalam keinginan kita mau jadi PNS, 5 tahun lagi kita masih dipakai atau tidak, tetapi mulai sekarang ciptakan kreatifitas pendampingan kita, InsyaAllah cita-cita kita yang tinggi itu akan terwujud.


Ditulis Oleh :
Saris D Pamungki
Pendamping Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun

1 komentar:

  1. sudah saatnya para pendamping pkh di angkat jadi pns , mereka punya keluarga dan anak2 yang butuh biaya sekolah , mereka punya istri yang butuh belanja dan mereka umumnya hanya mengandalhan honor pendamping sebagai biaya hidup , terlebih bagi mereka yang sudah menginjak usia 40 th keatas. tolong kami pak menteri , tolong kami , tolong .

    BalasHapus

kita harus melayani mereka

kita harus melayani mereka
terima kasih PKH